Senin, 21 Desember 2020

SENDIRI

oleh Ulfah Meita

Desember 2020



Hemm. . . . .

Tak ada senyum hari ini

Tak ada pula sedih tuk di bagi

Flat. . . . Rasa yang ku miliki

Desember bertamu lagi

Mengetuk pintu hati

Yang tetap sendiri

Entah tahun ke berapa?

Semua terasa hampa

Sama seperti biasa

Aku berjalan di antara rerumputan

Berlomba lari mengejar hujan

Sial ! Hujan lebih cepat dariku

Tubuhku basah kuyup terguyur derasnya hujan

Cuaca begitu dingin

Sedingin hatiku yang membeku, diam membisu

Dimana aku harus meneduh?

Disana!

Ku lihat sebatang pohon besar yang kokoh menyendiri

Daunnya rimbun menyelimuti ranting-ranting

Ah, Sayang. . . .

Ia terlalu jauh di atas bukit

Ku tengok sekelilingku

Berharap ada tempat terdekat tuk meneduh

Namun semua terlihat samar

Aku tertunduk dan berbisik dalam hati

Kapan akhir dari petualanganku menyendiri?

Mungkin benar, aku sudah terlalu asyik

Hingga tak ingin di usik

Tapi, tak selamanya aku begini

Cepat atau lambat. . . . Pasti kan datang waktu

Yang memaksa diri mengakhiri kesendirian hari ini

Tak sadar, sudah sejak tadi aku berdiri

Tubuh ku menggigil butuh kehangatan Sang Mentari

Alhamdulillah. . . . Hujan Berhenti

Wajahku tengadah menghadap langit

Senyum mengembang di pipiku

Seketika aku jatuh hati pada pelangi

Terpesona pada keindahanya

Benar, dia anugrah terindah dari Sang Pencipta

Memancarkan warna-warni cinta yang menghiasi kesendirianku . . .

Apa kabar kamu hari ini?

Pelangi yang datang tanpa permisi, dan pergi tanpa pamit

Hariku terasa singkat,

Senyuman yang sesaat

Menjadi rindu yang terikat

Kau tahu apa arti rindu?

Rindu tak mengenal rehat,

Sendiri!  flat tanpamu pelangiku

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Luka Pengasuhan Orang Tua

 Luka Pengasuhan Orang Tua Ibu seorang wanita tangguh yang   tumbuh dan besar di zaman perang. Mentalnya sekuat baja melebur dalam ketulusan...