SENDIRI
oleh Ulfah Meita
Desember 2020
Hemm. . . . .
Tak ada senyum hari ini
Tak ada pula sedih tuk di bagi
Flat. . . . Rasa yang ku
miliki
Desember bertamu lagi
Mengetuk pintu hati
Yang tetap sendiri
Entah tahun ke berapa?
Semua terasa hampa
Sama seperti biasa
Aku berjalan di antara rerumputan
Berlomba lari mengejar hujan
Sial ! Hujan lebih cepat dariku
Tubuhku basah kuyup terguyur derasnya
hujan
Cuaca begitu dingin
Sedingin hatiku yang membeku, diam
membisu
Dimana aku harus meneduh?
Disana!
Ku lihat sebatang pohon besar yang
kokoh menyendiri
Daunnya rimbun menyelimuti
ranting-ranting
Ah, Sayang. . . .
Ia terlalu jauh di atas bukit
Ku tengok sekelilingku
Berharap ada tempat terdekat tuk
meneduh
Namun semua terlihat samar
Aku tertunduk dan berbisik dalam hati
Kapan akhir dari petualanganku
menyendiri?
Mungkin benar, aku sudah terlalu
asyik
Hingga tak ingin di usik
Tapi, tak selamanya aku begini
Cepat atau lambat. . . . Pasti kan
datang waktu
Yang memaksa diri mengakhiri kesendirian
hari ini
Tak sadar, sudah sejak tadi aku
berdiri
Tubuh ku menggigil butuh kehangatan
Sang Mentari
Alhamdulillah. . . . Hujan Berhenti
Wajahku tengadah menghadap langit
Senyum mengembang di pipiku
Seketika aku jatuh hati pada pelangi
Terpesona pada keindahanya
Benar, dia anugrah terindah dari Sang
Pencipta
Memancarkan warna-warni cinta yang
menghiasi kesendirianku . . .
Apa kabar kamu hari ini?
Pelangi yang datang tanpa permisi,
dan pergi tanpa pamit
Hariku terasa singkat,
Senyuman yang sesaat
Menjadi rindu yang terikat
Kau tahu apa arti rindu?
Rindu tak mengenal rehat,
Sendiri! flat tanpamu pelangiku